Mahasiswa atau Malasiswa

Oleh: Muhammad salman alfaruqi

Saya mulai dari mana ya ?  oia dari sini aja.

Sini, sini kita masuk grub chat dulu ya, kuliah onlinenya sudah mau dimulai nihh. (ungkap seorang  dosen yang mengetik “sini, sini kita masuk grub chat dulu ya, kuliah onlinenya sudah mau dimulai nihh” selama setengah jam.) bayangkan berapa kali “typo” tuh dosen. Nulis begituan aja sampek setengah jam. Begitulah memang, tidak semua dari mereka menguasai media sosial. Apalagi yang udah kepala lima bisa bisa retak tuh layar handphone karena gemeteran tangannya.

Gagasan  buat mengadakan kuliah online merupakan tips yang dianggap efektif buat meminimalisir penyebaran virus corona di berbagai pelosok bumi, dikutip dari situs UNESCO bahwa sampai saat ini sudah 61 negara di belahan dunia yang sudah menerapkan  daring system ini.

Dibalik  keefisienan itu ternyata banyak dari mahasiswa yang merasa kurang nyaman dengan perkuliahan online ini. Banyak kutipan-kutipan yang beredar di sosial media yang berisikan curahan hati mahasiswa yang merasa didzolimi oleh tugas. Dari facebook, instagram, twitter, bahkan banyak artikel yang menuliskan tentang keluhan ini. Dibawah ini salah satu keluhan hati teman teman mahasiswa yang beranggapan ditindas oleh tugas

Kuliah lockdown, Tugas on, mahasiswa down

Bicara tentang mahasiswa, seharusnya kita akan mendapati sosok yang tangguh, optimis, dan berani. bukan malah pesimis dan tidak percaya diri. Bukannya salah satu point dari tri darma perguruan tinggi adalah pengabdian masyarakat, bagaimana mungkin bisa mengabdi pada masyarakat sedangkan masalah kampusnya aja belum tertuntaskannya.  

Mirisnya lagi, ketika kita bicara mengenai mahasiswa Milenial dan Zed. Kita mendapatkan segudang kebingungan. Memang ini sedikit menyinggung teman teman mahasiswa. Tapi memang begitulah keadaaannya. Fakta yang menyakitkan lebih baik daripada fiksi yang menyenangkan. Kebanyakan mahasiswa sekarang itu kuliah hanya sebagai rutinitas bukan prioritas, bahkan yang lebih parah menjadikan kuliah sebagai ajang popularitas.

Itu semua terbukti sekarang. ketika mendapat tugas sedikit berat dari pengajar, mereka akan mengeluh. Bahkan yang lebih miris lagi beraninya cuma nyeletuk dari belakang. Kalau memang gak senang sama keputusan dosen yah langsung sampaikan aja dari depan. kenapa, takut dapat nilai E ?  dasar mahasiswa.

Apakah pantas seorang pelajar yang menyandang kata “maha” mengeluh bahkan mencari beribu alasan untuk bermalas-malasan ? bukannya malas adalah pengkerdilan terkejam dalam hidup. yang menelantarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.

seperti yang kita rasakan sekarang, ditengah maraknya virus corona, semua serba terbatas. Seharusnya disinilah nilai plus seorang mahasiswa bagaimana ditengah keterbatasan bisa memaksimalkan segala hal.  Bukan malah mencari-cari celah untuk menghindar.  

Sebagai penutup saya menganjurkan kepada semua teman-teman calon mahasiswa, jangan berfikiran bahwa jadi mahasiswa itu dari sisi senang-senangnya aja, nongkrong-nongkrong dapat banyak kawan. Tapi di lihat juga sisi kesanggupannya. Karena menjadi mahasiswa tidak sesederhana yang anda bayangkan.

Hai para pemalas, Silaturahmilah ke kota semut,

perhatikanlah lakunya yang tanpa perintah.

 Yang  menyuguhkan roti  dikala paceklik,

dan mengumpulkan pizza  dikala panen